BI Sulteng Gelar Training Of Trainers Bagi Guru SD Dan SMP Di Kota Palu

Berita94 Dilihat

Palu, Majalahsinergitas.id – tingginya retensi seorang tenaga pendidik dalam pengajarkan materi kepada seseorang menjadi latar belakang seorang Rony Hartawan kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah melirik Guru menjadi Obyek penerus edukasi “ Cinta, Bangga dan Paham Rupiah sebagai Simbol Kedaulatan Negara.

Dalam rangka memperkuat literasi keuangan dan meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai peran Bank Indonesia sebagai bank sentral, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah (KPwBI Sulteng) menyelenggarakan kegiatan Training of Trainers (ToT)  bagi guru-guru SD dan SMP di Kota Palu, yang diikuti oleh sekitar 120 tenaga pendidik dari berbagai sekolah pada Jum’at 16/5/2025.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulteng, Rony Hartawan, dan turut dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Hardi, S.Pd., M.Pd.

Dalam sambutannya, Rony Hartawan menekankan pentingnya kolaborasi antara Bank Indonesia dan dunia pendidikan dalam membentuk generasi muda yang memahami nilai dan makna Rupiah sebagai simbol kedaulatan negara. Ia juga mengimbau para peserta untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan baik, agar dapat menjadi agen edukatif di lingkungan sekolah masing-masing.

Secara langsung, Rony Hartawan juga turut mendemonstrasikan teknik mengenali keaslian Rupiah melalui metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang) serta teknik 5J (Jangan dilipat, Jangan dicoret, Jangan distaples, Jangan diremas, dan Jangan dibasahi), sebagai bagian dari edukasi praktis mengenai pentingnya merawat dan menjaga Rupiah. Demonstrasi ini mendapat perhatian besar dari para guru karena bersifat aplikatif dan mudah diajarkan kepada siswa di sekolah.

Ia juga menekankan pentingnya strategi pembelajaran yang efektif di dalam kelas. Ia menjelaskan bahwa efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari tingkat retensi peserta didik berdasarkan metode yang digunakan. Misalnya, metode ceramah (lecture) retensinya hanya sekitar 5% materi yang dapat diingat, dari membaca (reading) retensinya naik menjadi 10%, sementara Metode audio-visual sedikit lebih baik dengan tingkat retensi sebesar 20%.

Namun, ketika peserta mulai terlibat secara aktif, retensinya meningkat signifikan. Demonstrasi mampu meningkatkan retensi hingga 30%, diskusi kelompok mencapai 50%, dan praktik langsung atau practice by doing bisa menyentuh angka 75%. Yang paling tinggi adalah ketika seseorang mengajarkan materi tersebut kepada orang lain (teaching others), di mana retensinya bisa mencapai hingga 90%, Ucap Rony Hartawan.

Fakta ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran aktif jauh lebih efektif dibandingkan metode pasif. Oleh karena itu, guru didorong untuk lebih banyak menggunakan metode yang mendorong keterlibatan langsung siswa dalam proses belajar, termasuk dengan cara mendemonstrasikan, berdiskusi, berlatih langsung, bahkan memberi kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan kembali materi yang telah mereka pahami.

Dalam kegiatan ini, peserta juga di sosialisasikan dengan gerakan Peduli Kenali dan Adukan (PeKA), serta pemahaman mengenai sistem pembayaran digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Rony berharap para guru yang telah mendapatkan pelatihan dapat berperan sebagai edukator eksternal yang menyebarkan semangat Cinta, Bangga, dan Paham Rupiah kepada para siswa. Dengan demikian, akan terbentuk generasi muda yang lebih bijak dalam menggunakan uang, serta memiliki rasa tanggung jawab terhadap Rupiah sebagai lambang kedaulatan yang patut dihargai oleh seluruh warga negara.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed